pemandangan malam yang malang
melihat kaum usang dan kaum hartawan
ditengah-tengah megahnya zaman
yang selalu berujung dengan uang
kata orang malam itu menakutkan
kata orang malam itu menyedihkan
tapi tidak bagi kaum usang
bahwa malamlah insipirasi kehidupannya
angin berpacu menerobos masuk lewat lubang-lubang kecil rumahnya
membelai dengan lembut kulit kaum usang
kaum usang hanya duduk, bersimpuh,
bersandar ditengah-tengah penyangga rumah
yang hampir roboh....
kaum usang mencoba melangkahkan kaki
terseok seok menuju tempat wudlu
hanya tertutup dengan tumpukan bambu-bambu yang porak-poranda
rasa dingin menusuk ke kulit keriputnya
dengan tangan bergemetar mengambil air wudlu
untuk bersyaharul layalil
dengan bibir mungilnya yang sudah tak beraturan
mengucapkan lafadz takbiratul ihram "Allah.....hu...Akba.....rrr"
rasa sendu mengiringi setiap bacaan dari lafadz-lafadz yang dilantunkan pada-Nya
berjuang melawan rasa kedinginan yang sangat mengusik pikirannya
angin pun semakin berusaha keras masuk kedalam sum-sum tulangnya
tetesan linangan air mata yang mengalir di wajahnya yang keriput
bak berlian-berlian jatuh dari firdaus
mendambakan datangnya Jibril
untuk menyampaikan kepada pangerannya
agar diberikan kekuatan,
untuk melawan nafsu yang mengganggu setiap fikiran
semakin jelas, ratapan tangisnya , sendu , sedan
yang tak tertahankan kaum usang
tatkala suara adzan subuh memanggilnya
karena kenikmatan malam telah sirna
dan harus menghadapi dengan kekejaman
mentari dengan terik panas sinarnya
yang semakin ganas
dengan kelakuan manusia yang semakin hari semakin buas
Tapi,,,,
lihatlah kaum hartawan,
rumah yang bermegahan disamping kaum usang
yang berdiri kokoh menjulang keangkasa
tanpa rasa memperhatikan disekitarnya
ketika malam datang dia semakin ketakutan
darahnya semakin deras mengiringi setiap langkah urat-urat syarafnya
takut akan kehilangan harta bendanya
adzan fajar memanggilnya
bagaikan suara bising dalam telinganya
sang hartawan lalu bangkit dari kasur empuknya
kemudian hanya membenarkan selimut woll yang berharga ratusan juta
panggilan adzan subuh menggema
ke seantero nusantara
bagaikan tusukan tajam pada telinga cantiknya
dia enggan melangkahkan kakinya yang gagah
karena takut oleh kedinginan air
yang seperti duri-duri tajam menancapnya
ataukah memang sudah tertutup qolbunya
untuk hadir pada pangerannya
ketika mentari menjemputnya
dia tersenyum manis
dan berbisik dalam hatinya
"nanti siapa lagi ya kiranya yang bisa dikibuli,,,,"
pemandangan yang tak asing lagi
di zaman sekarang ini
Wonosobo, PPTQ. Al-Asy'ariyyah, Kamar Blok G, 16 Juni 2012
semoga bermanfaat
ReplyDeleteLuar biasa....... terus diembangan
ReplyDelete